Jumat, 14 Maret 2008

Bertapa selama seminggu di gunung

Pertengahan Februari lalu, aku dihadapkan pada sebuah pilihan, aku dan beberapa teman-teman 2007 yang lain diberi kesempatan untuk mengikuti seuatu acara di Kaliurang selama seminggu..asik sekali bukan?!

Aku sempat bingung, antara ikut dan tidak karena acara tersebut diadakan ditengah-tengah kesibukan kuliah kita (cie..kayak apaan adjuah), ya tapi begitulah kenyataanyah. Karena itu juga banyak teman-teman yang sudah terdaftar mengundurkan diri, takut ketinggalan lah, ada presentasilah..ah masa bodolah kalo aq.

Akhirnya aku memutuskan untuk ikut. Ah refreshinglah seminggu di gunung, sejenak meninggalkan tugas-tugas yang terlampau sialan itu. Pusing kali aku ini..

Sepertinya menyenangkan menyendiri di gunung, makan tidur sesi makan tidur sesi, hahahaa tanpa perlu mengingat-ingat tugas yang seabrek.

Lalu datanglah hari itu, tepatnya tanggal 18 Februari, aku, berangkat dari rumah menuju kampus 3 tempat yang telah disetujui untuk berkumpul. Tapi sodara!sodaraaa..setelah aku menunggu di sana selama setengah jam, nggak ada yang dating selain temenku anak fisip, si woio itu. Aku mulai curiga, sebenarnya kumpul di kampus 3 apa kampus 2. Yang mengkoordinasi itu anak-anak teknik, kita anak fisip statusnya bisa dibilang cuma nebeng. Setelah takliat, ternyata emang bener, kumpulnya di kampus teknik a..k.a kampus 2. Jam setengah 8 kita baru berangkat,berangkat ikut LTS (Leadership Training for Student), tapi molor, tadinya mau berangkat jam 7. Kita berangkat naik bis yang udah dicarter anak teknik,hahahaha!

Sampe sana, ya begitulah, aku nggak begitu inget. Hari pertama di sana diiisi dengan perkenalan-perkenalan, kita semua masih bersemangat ikut LTS yang diadakan kampus Ministry. Inilah awal pertapaan kita di gunung.

Hari kedua, acara yang menarik yaitu games, yang butuh kerjasama tim lah pokoknyah. Di situ kita diajak kotor-kotoran, basah-basahan, tapi asik bow! Selain itu, diawal hari, siapa yang bilang, kita kerjasama sama anak Palawa yaitu pecinta alamnya Atma Jaya, Waow!! Outbond!! Pasti asyik..dan ternyata memang ayik coy! Walaupun nggak seheboh yang di tipi-tipi. Ada permainan meniti tali, naik bamboo atau apalah itu sebutannya, dan pastinya Flying Fox, aaaaaaaaaarrrghhhhhh…tinggi banget, 7 meter kira-kira. Deuh sengangnya hari itu walaupun kondisi badanku agak kurang memungkinkan, pilek akut, batuk, dan panas, tapi teteup seneng.

Hari ketiga asik lagi nih. Acaranya namanya “Berbagi dengan sesama”. Mungkin ini pengganti live in. Kita diberi kesempatan untuk pergi keluar untuk melayani sesame atau berbagi dengan sesama dan jarak terjauh yang diperbolehkan adalah 5 km dari wisma. Oia, kita menginap di Wisma Duta Wacana, nggak ada ya Wisma Atma Jaya? Balik lagi ke cerita. Nah kan udah dibuat kelompok-kelompok tu, kita di’sangoni’ uang sebesar sepuluh ribu rupiah, terserah mau dibuat apa yang penting bisa dipertanggungjawabkan. Masing-masing kelompok punya tujuan, mau ngapain, mau mbantu siapa, arahnya kemana, alternatif lainnya apa, dll. Kelompokku, Tembok China, malam sebelumnya udah sekongkolan sama kelompok Menara Pizza, kita mau barengan, huehehehe. Merekayasa tujuan, arah, pokoknya merekayasa apa aja yang akhirnya kita barengan. Mereka bilang ke utara terus belok ke kanan, kita bilang ke utara belok ke kiri, yang penting di-ACC dulu, ntar mau sama-sama belok ke kanan atau ke kiri itu urusan belakangan. Setelah kelompok kita diperbolehkan jalan, nggak jauh dari wisma, ternyata kelompok Pizza nungguin kita, wuah..nggak nyangka padahal yang keluar duluan mereka lama. Namanya juga kong kalingkong. “ Sekarang kita kemana nih?”. “Kita tadi udah ijin ke Dinas Kehutanan, di situ kayaknya ada perkebunan, bantu-bantu di sana aja yukz”,kata mereka. “Oke”. Tapi menurutku, di sana nggak kotor jadi kita nggak tau mau ngapain. Aku sama beberapa teman-teman malah asyik belajar cara menanam dan merawat tanaman kopi sama si bapak. Huehehehee (malah wisata ). Setelah dari dinas kehutanan, kita jalan lagi ,menuju Telogo Putri lewat Taman Kanak-kanak. Kata romo, naek ‘dhokar’,yang ternyata artinya ‘Ndhodhokke Cakar’ atau ‘Menghentakkan Kaki’ atau gampangnya jalan kaki. Sepanjang jalan kita memunguti sampah yang ada di pinggir-pinggir jalan. Kita menemukan banyak sekali sampah, sampai setiap kali lihat tong sampah, langsung kita serbu untuk mengosongkan plastik sampah kita yang sudah penuh. Berbagai sampah kita temukan, dari sampah makanan sampai (maap ni ya) kondom dengan berbagai merk. Gila aja, ada yang tinggal bungkusnya, ada juga yang masih utuh bener-bener utuh dibuang gitu aja dipinggir jalan. Ternyata oh ternyata, ternyata oh ternyata, Kaliurang emang dijadikan tempat mesum.

Balik lagi ke perjalanan kita ke Telaga Putri. Kita jalan lewat Taman Kanak-kanak, siapa tau ada yang membutuhkan bantuan kita. Tapi diluar dugaan, taman itu sepi, nggak ada pengunjungnya malah. Deuh, kasiannya. Dari taman kanak-kanak kita berangkat ke Telaga Putri, berharap menemukan banyak pedagang asongan yang kurang laku. Tapi lagi-lagi, ternyata oh ternyata, ternyata oh ternyata, di sana juga sepiiii sekali dan ternyata hari itu bukan hari libur, oh ya pantes aja. Di sana kita melepas lelah, menemukan air yang ngalir (kayaknya sih) dari gunung dan langsung kita minum. Aih aih..suegernyah!! Setelah itu kita memakan bekal kita di bawah pohon menghadap panggung hiburan dan sungai. Wah, ini kerja atau malah piknik? Yak, kayaknya emang bener-bener piknik deh. Perjalanan pulang kita berusaha mencari pemukiman, kehujanan sampai nggak dapet tumpangan mobil pick up, akhirnya kita mencari objek yang bisa dibantu dengan jalan kaki dan akhirnya kita menemukan orang yang sedang ngarit atau memotong rumput untuk sapi-sapinya. Kita bantu deh. Ya nggak semuanya sih, beberapa. Beberapa yang lain mencari jalanalternatif untuk pulang, masuk hutan, keluar hutan, termasuk di antaranya, aku. Di sana kita melihat si bapak memeras suwsuw sapi. Waow besarnya...sapi-sapi Pak Sukir. Sapinya ada 6, yang 4 indukan (ada 1 yang hamil lho dan kata pak Sukir, 2 minggu lagi melahirkan! Ya mungkin sekarang udah melahirkan) trus yang 2 lagi adalah anak sapi. Wuih lucunya, sumpah lucu banget. Anak sapinya kurus nggak kayak boneka-boneka. sapi yang endut. Kata pak Sukir, 2 anak sapinya itu mau dijual karena mereka jantan. Kasian ya, gara-gara jantan, mereka dijual. Ada temenku, namanya Can, Tanya sama si bapak, boleh nggak nyobain susu sapinya itu. Trus kata si bapak boleh, nyobaklahsi Can. Hiyekz, padahal kan harus direbus dulu biar kumannya mati semua. Kata Can sih enak, jadi aku tertarik nyoba. Tapi emang enak sih, ya rasanya kayak susu sapi tapi ya agak bau-bau badan sapi, amis. Setelah teman-teman yang lain pulang dari ngarit nya itu, kita lalu pamit pulang, Can dapet sebotol susu mentah. Hmm YUMMY! Selain dapet susu sapi, kita juga dikasih nangka lho sama orang yang didatengi temenku dari kelompok lain. Ceritanya tempatku ‘kerja’ tu tetanggaan dengan rumah orang yang didatangi kelompok lain. Jadi, kita nggak pulang bersepuluh tapi berlima belas (setiap kelompok kan 5 orang). Di gerbang retribusi kita bertemu kelompok laen, jadi tambah 5 lagi jadi 20 orang. Di perjalanan kita (kelompokku dan Pisa) langsung bikin skenario, nanti gimana nih presentasinya? Pokoknya kamu nanti bilang aja gini trus kita ketemu trus misah lagi trus ketemu lagi. Wakakakakaa kita membodohi yang lain.Oia, sebelum turun, Anak Itik beli jadah tempe buat kita makan bareng-bareng yang manambah kesempurnaan piknik kita hari itu.

Sampe wisma nih, ada berita kalo nanti malem ada yang ultah. Walaupun kaki kita hampir patah saking capeknya, tapi surprise teteup surprise. Jam 12 teng, kita mengadakan surprise buat teman kita, Sieling, hai Ling! Malemnya, badanku semakin panas, tenggorokanku semakin sakit, sampe kepikiran mau pulang karena bener-bener nggak kuat dan pusing.

Hari keempat, walaupun sakit dan tak terobati, apa yang kita lakukan hari itu?? Agak jenuh sih memang, tapi mau gimana lagi. Hari itu khusus sesi-sesi yang diisi oleh pembicara-pembicara yang didatangkan langsung dari Jogja, seperti Ninda Kariza ( cantik lho..), Pak Jarot (Kaprodi Ekonomi), dan Pak Ardi Nugroho (entah siapa dia). Dalam sesi-sesi tersebut yan ada hanya bosan, dan sangat bosan. Nggak tau kenapa setiap yang mengisi sesi orang yang sudah tua atau dituakan, aku pasti ngantuk, sampai beberapa kali ketiduran malah. Hari yang menjenuhkan. Aku pengen pulang.

Hari kelima, apa yang kita dapatkan?Yang paling aku nggak suka, pidato. Agenda hari itu, adalah kiat-kiat berpidato lalu setelah makan siang, kita diharuskan berpidato satu-satu dan bukan perwakilan saja. Aduh, aku paling nggak suka yang namanya p-i-d-a-t-o. Emoh, emoh, dan emoh. Tapi mau gimana lagi, karena harus ya aku maju. Komentar pun banyak dilontarkan. Ngomongnya berputar-putar lah, berdirinya goyang-goyanglah..ah whateverlah..Untung besoknya pulang. Oia, malem kelima ini, kita hura-hura, nyanyi-nyanyi sampe subuh malem, ya hampir2 kayak perpisahan gitu. Setelah acara hura-hura di aula selesai, dilanjutkan dengan acara maen ‘CapSa’ yang dipimpin oleh Wina dan Aya. Taukah Anda apa itu Capsa? Maen remi yang aku nggak tau cara maennya. Karena aku bosan, ngliatin ajuah, tanya gimana caranya, dicuekin, yowizz masuklah aku ke kamar, rencananya sih Cuma tiduran eh malah ketiduran. Ya suwdah.

Hari pun telah memasuki hari keenam sekaligus hari terakhir. Di hari itu yang ada Cuma evaluasi-evaluasi d

ari kemaren-kemaren, biasalah nggak ada yang istimewa. Dibilang sedih ya sedih, dibilang seneng ya seneng. Sedihnya, yah..kok dah pulang ya? , kembali berkutat dengan tugas-tugas sialan itu.

Senengnya, akhirnya pulang juga, kembali ke peradaban dan bertemu keluarga yang sebenarnya.

Akhirnya kita turun gunung, kembali dari pertapa

an selama seminggu cari wangsit.